Pertanyaan :
1.
Apakah sinonim
antar kalimat dua buah kata yang berbeda selamanya memilki arti yang sama?
2.
Jelaskan letak
antonim pada tataran bahasa, seperti tataran morfem, frase, kata, dan kalimat!
3.
Menagpa
penggunaan istilah opposisi lebih tepat dari penggunaan istilah antonim?
4.
Jelaskan dengan
singkat perbedaan opposisi, hubungan opposisi hierarkial, dan opsisi majemuk?
5.
Jelaskan maksud dari
konsep hiponim dan hipemimi mudah diterapkan pada kata kerja dan kata sifat!
6.
Jelaskan bagaimana
bentuk-bentuk polisemi denagn hiponimi!
7.
Menagpa
perbedaan ambiguitas berasal adri garametikal yang lebih besar?
8.
Jelaskan
redudansi dalam bentuk kalimat dan bentuk kalimat dan bentuk ujaran apa saja
yang digunakan?
Jawaban :
1.
dua buah kata yang bersinonim
itu; kesamaannya tidak selalu sama, hanya kurang lebih saja dan kesamaannya itu
tidak bersifat mutlak. Andaikata makna mati dan meninggal itu maknanya seratus
persen sama, tentu kita dapat mengganti kata mati dalam kalimat tikus itu mati
diterkam b.kucing dengan kata meninggal menjadi tikus itu meninggal diterkam
kucing. Ini bukti yang jelas bahwa kata-kata yang bersinonim itu tidak memiliki
makna yang seratus persen sama
2.
a. letak antonim di dalam Bahasa Indonesia
untuk tataran morfem(terikat) barangkali tidaka ada, akan tetapi dalam Bahasa
Inggris dapat kita lihat pada contoh progresif dengan regresif, dimana pro- dan
re- berantonim.
b. letak
antonim pada tataran kata contohnya pada kata bagus dan buruk.
c. letak
antonim pada kalimat seperti yang terdapat pada contoh hidup dan mati, sesuatu
yang hidup memang belum atau tidak mati, dan sesuatu yang mati memang sudah
tidak hidup.
3.
Penggunaan oposisi makna lebih mutlak mudah
menganalisis maknanya mudah dipahami. Sedangkan penngunaan antonim tidak
bersifat mutlak makna katanya sedikit susah dibandingkan oposisi. penggunaan
istilah oposisi lebih mudah dibandimgkan penggunaan oposisi.
4.
Perbedaan
oposisi tersebut adalah oposisi hubungan ini saling melengkapi. Artinya
kehadiran kata yang satu karena kata lain yang menjadi oposisinya tanpa ada
kehadiran keduanya maka oposisi tidak ada. Umpamanya, kata menjual, beroposisi
dengan kata memembeli. Kata jual dan memembeli walauupun mkna nya berlawanan,
tetapi proses kejadiannya berlaku serempak. Oposisi hieraakial adalah makna
kata-kata yang beraposisi hirakial ini menyatakan suatu deret jenjang atau
tingkatan. Oleh karena itu kata-kata yang beraposisi hirakial ini adalah
kata-kata yang berupa nama satuan ukuran, (berat, panjang, dan sisi), nama
satuan hitungan dan penangggalan, nam jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Oposisi majemuk adalah selama ini yang dibicarakan adalah oposisi di antara dua
buah kata, seperti hidup-mati, menjual-membeli, jauh-dekat, dan prajurit opsir.
Namun dalam peraharaan kata Indonesia ada kata-kata yang beraposisi terhadapa
lebig dari satu kata. Misalnya kata berdi berposisi dengan kata dduduk, denagn
kata berbaring, berjongkok, keadaan seperti ini lazim disebut istila oposisi
majemuk.
5.
coba kita perhatikan terlebih dahulu pengertian
dari hiponimi dan hipernimi. Hiponimi adalah nama yang termasuk di bawah nama
lain misalnya kata bunga anggrek, bunga mawar, bunga ros dan lain sebagainya
termasuk hipernimi dari bunga. Sedangkan
hipernimi adalah nama untuk nama lain yang berada di atasnya, misalnya kata ikan
termasuk hiponimi dari ikan tongkol, ikan bandeng, ikan tenggiri dan lain
sebagainya. Akan tetapi jika kita mengambil contoh untuk menjelaskan hiponimi
dan hipernimi dengan menggunakan kata dari kata kerja dan sifat itu sangat
sulit untuk di pahami.
6.
kalau polisemi
yaitu satuan bahasa yang memiliki makna yang lebih dari satu umpamanya
kata kepala yang bisa berarti salah satu anggota tubuh, bisa juga bermakna
pemimpin yang sedang menjabat di suatu perusahaan bisa juga bagian anggota
tubuh yang letaknya di atas leher. Sedangkan homonimi adalah satuan bahasa yang
memiliki nama sama akan tetapi benda atau hal yang rujukannya berbeda. Misalnya
pada kata “pacar” yang bisa berarti kekasih dan bisa juga berarti inai.
7.
karena frase atau kalimat yang terjadi di dalam
di dalam ambiguitas yang berasal dari gramatikal yang lebih besar itu sebagai
akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya frase buku
sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit atau
(2) buku itu berisi sejarah zaman baru.
8.
redudansi adalah berlebih-lebihan dalam suatu
bentuk ujaran. Misalnya pada kalimat
bola di tendang si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan bola di
tendang oleh si Udin. Pemakaian kata oleh dalam kalimat nomor dua di anggap sebagai
sesuatu yang redudansi yang berlebih-lebihan yang sebenarnya tidak perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar